Text
Dompet Ayah Sepatu Ibu
Buku ini berkisah mengenai perjuangan menggapai cita dan cinta. Cita untuk keluar dari jerat kemiskinan yang begitu kentalnya di diri mereka, cinta sepasang anak muda miskin yang berjuang memperbaiki segala dimensi dalam kehidupan mereka setahap demi setahap.
Zenna anak ke 6 dari 11 bersaudara terpaksa harus menelan cita-citanya utk kuliah dalam waktu dekat karena tiba-tiba Abak meninggal tepat saat ia menyelesaikan ujian kelulusan SMAnya.
Asrul anak pertama dari dua bersaudara dari istri pertama sang ayah tinggal kelas saat kelas 1 SD karena tidak lulus dipelajaran membaca tiba-tiba jadi pintar membaca dan hebat menulis setelah ia membeli koran Harian Semangat saat membantu umi berjualan kayu bakar di pasar.
Keduanya punya cara unik untuk memperbaiki hidup, "zenna dan adik-adiknya harus sekolah!" serta "umi akan aku buatkan rumah dan naik haji" merupakan cita-cita dan tekad dan tujuan mereka.
Mulai dari menjadi pengrajin emas, berjualan makanan di kampus, menjadi petugas kliping, karyawan di toko sepatu, wartawan lepas semua mereka lakukan dan di sela-sela perjuangan itu, terselip kisah cinta ala-ala tempo doloe, manis namun tidak agressive.
Takdir menyatukan dua anak miskin dari kaki gunung tersebut, Asrul dan Zenna. Ternyata kehidupan pasca menikah juga sama menantangnya dengan kehidupan masa sendiri, mereka dikaruniai dua anak Joven dan adik perempuannya.
Tak putus semangat mereka terus bergerak menjalani hidup hingga akhirnya semua adik-adik Zenna berhasil disekolahkan, Joven kuliah di UI, rumah umi berhasil dibangun dan... menaik hajikan umii!!
Dalam hati masing-masing, Zenna dan Asrul mengamini. Rupanya tangga kemiskinan itu harus dilangkahi satu-satu. Tak bisa terbang begitu saja ke tempat tertinggi. Harus dari generasi ke generasi. -hal 180
P8002445S | 813 KHA d | SIRKULASI FIB (813) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain