Text
Si Anak Pintar
“Kitalah yang paling tahu seperti apa kita, sepanjang kita jujur terhadap diri sendiri. Sepanjang kita terbuka dengan pendapat orang lain, mau mendengarkan masukan dan punya sedikit selera humor, menertawakan diri sendiri. Dengan itu semua kita bisa memperbaiki perangai.” kutipan dari buku berjudul Si Anak Pintar adalah salah satu fiksi sastra jenis novel Karya Tere Liye. Tere Liye sendiri merupakan nama pena penulis novel Indonesia. Tere Liye lahir di Lahat, Indonesia, 21 Mei 1979 dengan nama Darwis. Beberapa karya Tere Liye yang diangkat ke layar lebar yaitu Hafalan Shalat Delisa dan Moga Bunda Disayang Allah. Meski berhasil dalam dunia literasi Indonesia, kegiatan menulis hanya sekedar hobi karena sehari-hari ia masih bekerja di kantor sebagai seorang akuntan, ia merupakan anak dari seorang petani biasa yang tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera. Kehidupan masa kecil yang dilalui Tere Liye penuh dengan kesederhanaan yang membuatnya tetap sederhana hingga kini. Sosok Tere Liye terlihat tidak banyak gaya dan tetap rendah hati dalam menjalani kehidupannya.
Buku ini tentang Pukat, si anak paling pintar dalam keluarga. Masa kecilnya dipenuhi petualangan seru dan kejadian kocak serta jangan lupakan pertengkaran dengan kakak dan adik-adiknya. Tapi apakah dia mampu menjawab teka-teki hebat itu, apakah harta karun paling berharga di kampung mereka? Dari puluhan buku Tere Liye, serial buku ini adalah mahkotanya. Buku ini merupakan buku ketiga dari serial anak nusantara, recover dari buku berjudul Pukat – serial anak-anak Mamak. Secara cover, yang sekarang lebih fresh walaupun secara cerita tetap sama. Tapi uniknya, meskipun saya membaca cerita yang sama, namun dengan judul berbeda, tidak sedikit pun menyisakan kebosanan saat membaca buku ini. Tetap seru dan membuat terharu. Saya rasa, buku ini bisa dinikmati oleh semua umur: anak-anak, remaja, dewasa juga orang tua. Buku ini juga sangat penting dibaca anak-anak jaman sekarang, kita diajak bernostalgia di jaman tahun 1970-1980. Dimana kehidupan masih sangat sederhana namun membahagiakan, meskipun teknologi belum semaju sekarang. Buat anak-anak jaman sekarang, lewat serial Anak Nusantara akan tahu tentang bagaimana indahnya anak-anak kala itu.
Pukat, anak kedua dari Mamak dan Bapak. Kakaknya Amelia dan Burlian, adiknya Eliana. Buku yang terdiri dari 25 bab ini, seakan mengajak saya berpetualang bersama Pukat dengan segala keunikan, kepintaran hingga kenakalan khas anak-anak, yang hidup di kampung dan saat itu belum masuk listrik, dimana saat malam masih mengandalkan penerangan dari petromak dan lampu canting. Cerita diawali dengan perjalanan Pukat bersama Bapak dan Burlian naik Kereta Api ke kota. Menyibak misteri terowongan, hingga pengalaman pertama naik kereta tersebut justru saat masuk terowongan mereka mengalami perampokan yang dilakukan secara berkelompok. Dalam kegelapan semua penumpang dalam kereta mengalami ketakutan, kecemasan dan prasangka siapa dalang perampokan tersebut. Bayangkan saja, dalam kegelapan bagaimana kita bisa mengenali wajah perampok? Namun, berkat kepintaran Pukat, masalah perampokan dalam kereta pun terpecahkan!
P8002370S | 813 LIY s | SIRKULASI FIB (800) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain