Skripsi
Linearitas Wujud Tradisi Lisan Terhadap Lagu Bedendeng Suku Kutai di Kecamatan Tenggarong
Kata Kunci: Lagu Bedandeng, Bentuk Musikal, Tradisi Lisan, Suku Kutai, dan Kecamatan Tenggarong.
Bedandeng merupakan salah satu vokal tradisi yang terdapat pada suku Kutai di Kecamatan Tenggarong. Bedandeng sudah muncul pada zaman Sultan Sulaiman dan dinyanyikan pada saat bekerja (di ladang) dan menidurkan anak. Saat ini, banyak generasi muda dari suku Kutai yang tidak mengenal lagu Bedandeng karena jarang ditampilkan sehingga tidak mengetahui ciri musikalnya dan konteks tuturannya. Bedandeng yang jarang dipertunjukan oleh pelantun mengalami keterputusan dalam aspek tradisi lisan dan esensi lirik dari generasi tua ke generasi muda.
Penelitian lagu Bedandeng menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Penulis melakukan pendekatan deskriptif analisis sebagai model penelitian yang menuliskan data sesuai dengan fakta, kemudian data tersebut dianalisis secara ilmiah menggunakan teori yang terkait dengan objek penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan penulis selama penelitian meliputi penentuan lokasi dan teknik pengumpulan data: studi pustaka; observasi; wawancara; dokumentasi, dan kerja laboratorium sebagai tahap menganalis data yang telah didapatkan.
Hasil temuan dan analisis menunjukan bahwa penulis mendapat empat lirik Bedandeng yang menyesuaikan fungsi, tempat, dan kegiatan pelantun (ratapan, nasihat, dan menidurkan anak). Keempat lirik Bedandeng memiliki ciri musikal oleh karya Jean Ferris yang meliputi frase (antecedent dan consequent), melodi (menggunakan nada C – D – Eb – F – G – Ab), tema (menyesuaikan lirik ratapan, nasihat, dan menidurkan anak), dan skala (menggunakan Tangga Nada C Minor Asli). Ornamen melodi yang terdapat pada empat lirik Bedandeng menggunakan konsep melismatis dan silabis pada setiap liriknya. Tradisi lisan yang terdapat pada lirik Bedandeng memiliki tiga aspek berdasarkan fungsi bahasa yaitu performansi (performance), indeksikalitas (indexicality), dan partisipasi (participation). Konteks tuturan (aspek non-musikal) juga terdapat pada keempat lirik Bedandeng yaitu budaya, situasi, sosial, dan, ideologi. Konteks budaya hadir ketika pelantun melakukan bekesah dalam bentuk nyanyian Bedandeng untuk menghibur diri. Konteks situasi dalam Bedandeng dengan lirik ratapan dan nasihat dinyanyikan pada saat bekerja di ladang. Bedandeng dengan lirik menidurkan anak dinyanyikan pada saat menidurkan anak di rumah. Konteks sosial yang hadir pada lagu Bedandeng berkaitan dengan struktur sosial dalam penyajiannya, seperti pada pertunjukan Mamanda Kutai yang melibatkan penonton (masyarakat suku Kutai). Konteks ideologi pada lagu Bedandeng lirik nasihat memiliki nilai atau kepercayaan Agama Islam yang menggambarkan masyarakat suku Kutai. Lagu pada keempat lirik Bedandeng memiliki linearitas yang berkaitan dari ciri musikal dan konteks tuturan (tradisi lisan) pada lirik yang disampaikan oleh pelantun.
1814035001 | 011.75 | REFERENSI FIB | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain