Text
Dan Burung-Burung Pun Pulang ke Sarangnya
Sebuah lukisan, bukan kata-kata. Sungguh merana bagi siapa yang enggan memandangnya. Lebih merana lagi bagi siapa yang memandangnya tapi masih harus berpikir ulang untuk mengakui betapa hebat Sang Pelukisnya. Yang paling merana adalah mereka yang memandangnya, mengakui kehebatan Pelukisnya, lalu melupakannya begitu saja. Di ketinggian, seorang gadis tengah bercumbu dengan senja, dengan buku harian yang seperti menyimpan setiap detail rahasia hidupnya. Ia menuliskankan sajak-sajaknya. Cahaya jingga tumpah di kerudungnya.
Perjalananku bagaikan air, mengalir saja lewati beribu alam Riak gemericiknya mesra, sama tapi selalu berganti Ada kala kuterjang dangkal, batu kering dan padas licin mengisapiku Kan kulewat penat kulalu hakikat, kurangkul segala apa dalam sejukku Namun ada kala kujelang muara, kan kusulam arus kan tenang Kan kusujud kubasuh kalut, biar kurebah di ruang tirta
Perjalananku bagaikan angin, berembus saja mengarungi berjuta bentuk Desah desirnya lembut, sama meski berganti Ada saat kutampar bingar, asapasap sombong meracuniku Kan kubadai dan hitam kubawa terbang, kugiring segala apa dalam semilirku Dan ada kala kusaput hawa, kan kuhabis segala bengis Kan kukikis sebentuk tangis, biar kurehat di rongga bayu
P8002242S | 813 ZAI d | SIRKULASI FIB (800) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain