Skripsi
Ilmu Mantiq : Cara memahami logika Aristoteles dan Al-Ghazali
Dalam Islam dikenal dengan istilah Mantiq. Ilmu ini merupakan salah satu cabang keilmuan yang menjadikan akal sebagai subjeknya. Di Barat, atau dalam dunia akademik-ilmiah, ilmu mantiq lebih dikenal dengan sebutan Logika. Ilmu logika dirintis pertama kali oleh seorang filsuf besar Yunani bernama Aristoteles (384 SM-322 SM). Akan tetapi, dasar-dasar dari ilmu logika sudah ada sebelum Aristoteles.
Ilmu mantiq merupakan suatu pengetahuan yang secara khusus bertujuan menjaga akal manusia agar tidak salah dalam berpikir. Menurut Imam Al-Ghazali, umat Muslim boleh mempelajari mantiq, bahkan beliau menganjurkannya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya: "Siapa saja yang tidak mengetahui mantiq, maka ilmunya patut diragukan."
Sebelum Aristoteles mencetuskan ilmu logika, telah ada dua filsuf lain yang terlebih dahulu mempelajari dan mengajarkan ilmu logika dalam bentuk yang masih global dan belum sistematis. Mereka adalah Plato (428-347 SM) dan Socrates (470-399 SM). Jadi, Aristoteles mensistematisasikan dasar-dasar logika yang intisarinya berasal dari silogisme dua filsuf yunani tersebut dan sokrates.
Buku ini secara lugas dan lengkap menguliti ilmu mantiq dari Aristoteles hingga Al-Ghazali. Secara garis besar, buku ini menyajikan empat bagian yang menjelaskan pengertian ilmu mantiq, penggagas ilmu mantiq, pembahasan pokok dalam ilmu mantiq, dan ilmu mantiq Al-Ghazali.
Di tangan Al-Ghazali, mantiq bukan sekadar menjadi warisan tradisi Yunani-Hellenistik belaka, tetapi menjadi bagian inheren dari Al-Qur'an. Oleh karena itu, pantas jika Sang Hujjatul Islam menghukumi belajar mantiq sebagai fardhu kifayah (yang level kewajibannya hanya satu tingkat di bawah fardhu 'ain). Sebab, apabila kita mempelajari ilmu mantiq, kita bisa lebih mudah dalam membuat keputusan, menganalisis risiko, dan memecahkan masalah.
P3002328S | 320 AIZ i | SIRKULASI FIB (300) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain