Text
Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi
Review buku Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi akan saya mulai dari cover bukunya. Membicarakan buku memang tidak bisa lepas dari sampul bukunya yang menjadi satu hal untuk menarik pembaca pertama kali. Termasuk buku kumpulan puisi Theo dan Weslly ini memiliki cover buku yang unik. Sang ilustrator, Bambang Nurdiansyah, berhasil menyimbolkan puisi-puisi dalam buku ini dengan sangat menarik dan berhasil menggambarkan isi buku.
Jadi bukan ungkapan yang salah jika ada seseorang yang tertarik dengan buku karena covernya. Disambut dengan ilustrasinya yang menarik, pembaca kemudian akan menemukan puisi-puisi indah yang benar-benar menggambarkan cover indahnya itu. Itu artinya buku ini tidak hanya indah covernya, tetapi juga isinya. Jadi, satu keputusan yang benar jika pembaca mungkin tertarik membaca buku ini karena cover bukunya.
Buku kumpulan puisi Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi ini mengajak pembacanya untuk memberi arti yang dalam untuk hal-hal yang sudah berlalu. Hal yang sudah berlalu sejatinya tidak akan pergi begitu saja. Hal tersebut bisa meninggalkan jejak yang berbeda-beda dalam pikiran dan perasaan seseorang, termasuk dengan kata-kata bermakna macam puisi yang bisa bermakna sangat luas.
Grameds mungkin mengira buku puisi dari pasangan penyair ini membawa romansa yang romantis karena saling berbalas puisi satu sama lain. Pembaca bahkan tidak hanya disuguhkan ekspresi cinta dan kasih sayang antar keduanya saja, melainkan lebih luas dari pada itu. Terkadang pembaca akan dipertemukan dengan hal yang menyenangkan, hangat, namun sesekali akan diajak merenung hingga membuat terdiam dan kagum dengan diksi jenius sang penyair.
Saat membaca buku dan mencoba review Paling Panjang Perihal Pulang Pergi, yang ada dalam pikiran saya adalah membayangkan bagaimana nikmat dan bahagianya saling berbalas syair. Jika biasanya kita berkomunikasi dengan pasangan, kekasih, keluarga, atau orang-orang yang kita sayangi lainnya menggunakan bahasa percakapan biasa, sudah sangat bahagia jika bisa bisa saling berbalas kabar. Apalagi saling berbalas puisi yang memiliki makna mendalam, sungguh bisa benar-benar menyampaikan isi hati.
Membaca percakapan puisi Theo dan Weslly dalam buku ini seolah meraba isi pikiran mereka dan cara mereka berkomunikasi satu sama lain. Saling mengungkapkan perasaan, memberi kabar, menceritakan apa-apa yang mereka pikirkan, dan hal-hal sentimentil yang mungkin hanya mereka berdua yang paham. Uniknya, dengan bahasa mereka yang sederhana dan padat memberi celah bagi pembaca untuk memaknainya sendiri. Itulah sebabnya percakapan mereka menjadi rahasia mereka dan para pembacanya.
Meskipun buku ini ditulis oleh dua orang, tapi percayalah puisi-puisi mereka sangat menyatu, bahkan jika kamu tidak mengetahui siapa penulisnya pasti akan mengira bahwa buku ini ditulis oleh satu orang saja. Jadi bisa dibilang puisi Theo dan Weslly memiliki karakter yang hampir sama, terlebih dalam buku ini mereka berdua seolah sedang berkomunikasi satu sama lain, sehingga sangat nyambung dan berhubungan satu sama lain. Theo dan Weslly dalam kumpulan puisi ini sepseri saling melengkapi dan mengalir dalam satu arus yang sama.
Puisi yang saling berbalas antara Theo dan Weslly juga dilengkapi dengan waktu puisi tersebut dibuat. Hal kecil tersebut mungkin saja membuat pembaca menebak-nebak bagaimana suasana hati dan pikiran mereka saat akan merespon puisi yang masing-masing mereka kirim, seolah-olah menunggu jawaban yang manis sekaligus pahit. Percakapan mereka yang menghabiskan rentang waktu yang cukup lama, mulai tahun 2019 hingga 2021 bisa habis dibaca sekali duduk dalam buku ini. Tapi beda ceritanya jika Grameds perlu membaca puisi dengan pelan sambil memahami maknanya.
Ihwal kematian, meninggalkan, dan pergi begitu nyaring terdengar dalam buku kumpulan puisi ini. Buku ini mengingatkan pembaca pada hal-hal yang telah pergi, baik pergi secara fisik atau pergi seutuhnya. Diksi-diksi Theo dan Weslly dalam buku ini bahkan sedikit menyenggol pembacanya akan kematian yang pasti akan dialami oleh seorang makhluk. Jadi tak heran jika membaca buku Paling Panjang Perihal Pulang Pergi juga bisa merasa hampa dan tenggelam dalam ketakutan, terutama dengan kematian.
Sebelum buku ini terbit, sebelumnya Theo dan Weslly sudah menerbitkan kumpulan puisi, salah duanya adalah Tempat Paling Liar di Muka Bumi dan Cara-cara Tidak Kreatif untuk Mencintai yang memiliki konsep penulisan yang hampir sama. Yakni saling berbalas puisi, namun berbeda platformnya saja, yaitu melalui SMS dan via aplikasi Whatsapps. Bagi Grameds yang sudah membaca dua buku sebelumnya, pasti sudah tidak asing dengan gaya bahasa yang mereka gunakan. Bagaimana mereka saling merespon puisi yang saling mereka kirim dan menangkap pesannya.
“tiap-tiap luka
mengenal mata belati masing-masing
dia yang kau lihat berbaring
menjilati luka paling perih
mengenal mata belati paling runcing”
Potongan sajak diatas adalah salah satu penggalan puisi yang sangat kuat. Sebut saja jadi yang paling favorit dari kesekian puisi yang tidak kalah bagusnya. Menulis review tentang buku puisi memang tidak bisa muluk-muluk karena pemaknaan puisi bagi setiap orang berbeda. Hal tersebut bisa terjadi karena setiap orang memiliki pengalaman rasanya masing-masing, termasuk dalam memaknai puisi.
Namun harapannya review Paling Panjang Perihal Pulang Pergi ini bisa memberi gambaran isi puisi dan pesan buku yang ingin penyair sampaikan.
P8002371S | 811 RUM p | SIRKULASI FIB (800) | Sedang Dipinjam (Jatuh tempo pada2023-12-22) |
Tidak tersedia versi lain