Text
Lingkar Tanah Lingkar Air
Pergolakan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia (RI) antara tahun 1946 – 1950 menyeret banyak pemuda kampung ke dalam kancah perjuangan bersenjata. Di antara mereka yang ikut adalah Amid serta teman-teman kampungnya yang berjuang dalam bendera Hizbullah. Amid dan seluruh kawannya bertempur membela kemerdekaan RI sebagai kewajiban iman mereka. Amid secara pribadi memiliki tekad setelah berakhirnya perang melawan Belanda akan bergabung dengan tentara resmi negara. Akan tetapi, sejarah memboyong Amid menjadi anggota laskar DI/TII di bawah pengaruh realitas dan kawan-kawannya.
Amid dalam hati kecilnya sangat mencintai Tanah Air ini. Ia bahkan sering bimbang atau mengalami disonansi kognitif karena kelompoknya acap kali memerangi warga seagama. Dalam satu kesempatan Amid menembak mati tentara yang membawa kitab suci dan tasbih di sakunya. Setelah kematian sang Khilafah DI/TII Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo karena tertangkap tentara dan warga, Amid diminta tentara menumpas pasukan komunis di hutan jati. Ia bertempur dalam panji jihad membela tanah air yang didambakannya.
Buku Lingkar Tanah Lingkar Air ini merupkan sebuah karya yang luar biasa. Kiai Ahmad Tohari mampu menggambarkan tokohnya cukup baik dan nyata. Penggambaran ketika beberapa tokoh masih muda, sangat mengebu-ngebu dalam mengejar idealitas serta keinginan, ia gambarkan dengan apik. Bisa kamu lihat ketika Kang Suyud, yang notabene masih muda, berdebat dengan Kiai Ngumar soal negara.
Kang Suyud beranggapan mereka yang bekerjasama dengan non-Muslim harus dimusnahkan, karena kafir. Alhasil Ia memiliki pegangan teguh pada ideologi SM Kartosuwirjo dengan prinsip tidak bekerjasama terhadap orang yang tidak shalat. Sedang Kiai Ngumar tetap berpegang teguh pada fatwa yang telah Hadaratus Syeikh dari Jawa Timur fatwakan untuk tetap membela negeri Republik Indonesia ini.
Berperang melawan tentara penjajah untuk mempertahankan negeri sendiri yang baru merdeka, wajib hukumnya bagi semua orang Islam. Dan siapa yang mati dalam peperangan melawan penjajah, dialah syahid
Hadaratus Syekh
Perdebatan antara Islam dan Republik. Perdebatan ini pada masa itu memang cukup tajam, seakan Republik dan Islam berjalan di spektrum yang berbeda. Anggapan yang menjurus jadi dikotomi ideologi yang berjalan berseberangan tumbuh subur pada masyarakat kala itu. Hasilnya memunculkan individu seperti Kang Suyud dan tentara Hizbullah lain sebagai protes terhadap bentuk republik yang menggaet orang yang tidak shalat.
Tokoh lain seperti Kiram juga sangat mengebu dan memang memiliki ciri khas anak muda pemberani. Kiram yang digambarkan sebagai seorang yang kuat dalam fisik dan pandai dalam berperang, namun lemah dalam literasi. Ia menjadi salah satu tentara Hizbullah yang ikut Kang Suyud menjadi laskar Darul Islam. Kiram ini awalnya tidak ada masalah, mau negara Republik atau Islam, yang penting ia bisa ikut berperang. Namun ketika dihadapkan dengan realitas yang kompleks, ia mulai terbawa arus. Harapan dan kepercayaannya yang ingin jadi tentara pupus karena merasa dikhianati oleh negara, sehingga berbelok membela Darul Islam.
P80016210S2 | 813 | SIRKULASI FIB | Tersedia |
P80016210S1 | 813 | SIRKULASI FIB | Tersedia |
P80016210S3 | 813 TOH l C3 | SIRKULASI FIB (800) | Tersedia |
P80016210S4 | 813 TOH l C4 | SIRKULASI FIB (800) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain