Text
Saman
Sangat vulgar, menarik, dan ikut serta tegang! Itulah kesan pertama yang dapat saya katakan setelah membaca novel yang berjudul Saman karya Ayu Utami. Sebuah pengalaman hidup yang nyata, ketika ketidakadilan terjadi dengan teganya merenggut hak kemanusiaan lewat kelemahan petani. Dan juga di mana kekuasaan yang sangat dominan membuat rakyat kecil tidak berdaya. Pada cerita ini semua unsur bercampur menjadi satu, mulai dari persahabatan, percintaan, ketidakadilan, keagamaan, spiritualitas, serta perjuangan akan nilai kemanusiaan dikemas menjadi satu cerita fiksi yang membuat pembaca kesal sekaligus penasaran.
Secara singkatnya novel ini menceritakan empat sahabat, yang terdiri dari Laila, Yasmin, Cok, dan Skhuntala yang memiliki permasalahan masing-masing. Laila yang terlanjur mencintai Sihar, lelaki beristri. Yasmin, perempuan paling sempurna di antara persahabatan mereka tetapi harus mencintai Saman juga pria yang sekaligus dicintai sahabatnya Laila, dan ia harus selingkuh di belakang suaminya, Skuntala yang memiliki masalah dengan keluargnya, ia yang tidak disukai karena perilakunya yang pemberontak. Dan yang terakhir ialah Cok, yang merupakan binal, sering bergunta-ganti pasangan. Kedua di antara mereka harus berurusan dengan Athanasius Wisanggeni atau dikenal dengan nama Saman. Ia adalah lelaki yang dicintai Laila sekaligus juga Yasmin. Saman merupakan seorang dari masa lalu mereka berempat, sebelum Laila mencintai lelaki beristri. Cerita ketidakadilan yang digambarkan oleh Ayu Utami dimulai dari kehidupan Saman saat ia menjadi pastur untuk menjadi parokialnya di suatu daerah, namun ia memilih untuk transmigrasi ke Perabumulih, di mana tempat tersebut ialah tempat kelahirannya.
Di Perabumulih lah kebijakan pemerintah pada zaman orde baru mulai merenggut hak petani karet. Mereka dipaksa harus menyerahkan perkebunannya diganti oleh perkebunan karet dengan paksa, jika tidak mereka akan diancam dengan jelas. Ancaman tersebut berupa lahan mereka dibakar, perempuan di dusunnya diperkosa dengan keji, sampai penyekapan orang-orang yang ikut campur dan Saman salah satunya. Ia harus merasakan pedihnya disiksa setiap hari karena memperjuangkan hak para petani kebun karet di Perabumulih. Sampai akhirnya Saman melarikan diri ke New York.
Novel pertama Ayu Utami yang dirilis pada tahun 1998 ini disebur-sebut bahwa novel ini pernah menggegerkan dunia sastra Indonesia karena kontrovesi unsur seksual, dan cara Ayu Utami dalam menceritakan politik secara tajam. Cerita pada novel Saman ini banyak mendapatkan pujian karena penceritaan Ayu yang dianggap hebat dalam secara terang-terangan mengangkat konflik mengenai zaman pada orde baru. Pada novel ini terdapat beberapa teguran halus berupa jika kita menentang kebijakan pada masa itu maka tidak akan dapat hidup normal, bahwa kita akan diburu secara terus-menerus hingga menghentikan bentuk penolakan terhadap kebijakan tersebut atau hilang tanpa nama. Pada cerita ini juga dapat diambil pesan moralnya berupa persahabatan yang baik dan selalu bisa saling menolong walaupun jarak memisahkan kebersamaan. Selain itu, dalam novel ini mengajarkan bahwa kita harus saling peduli terhadap sesama yang sedang kesusahan dalam mengambil kembali hak yang seharusnya didapatkan oleh setiap manusia yang tinggal di suatu negara.
Namun, pada bahasa yang digunakan Ayu Utami sangat vulgar apalagi dalam mendeskripsikan seksual yang begitu frontal. Bahkan hampir setiap bab nya mengandung unsur seks yang sangat jelas. Pada novel ini Ayu Utami membahas hal tabu menjadi sesuatu yang wajar diucapkan pada karya sastra yang bebas diedarkan tanpa melihat umur para pembacanya. Dan juga bagaimana ia tidak menciptakan tokoh sempurna yang ada pada cerita tersebut. Misalnya, Saman yang menjadi seorang pastur dan pejuang keadilan harus dicoret dengan cerita akhirnya saat ia bersetubuh dengan Yasmin yang sudah memiliki suami, pada bagian itu saya cukup kecewa dengan jalan ceritanya.
Dari beberapa ulasan novel tersebut sebaiknya novel ini tidak dibaca oleh siswa SMP atau SMA karena bahasa dan ceritanya mengandung konten dewasa. Padahal banyak nilai-nilai yang diambil dalam cerita tersebut, mungkin novel ini dapat dibaca untuk anak-anak saat mereka tumbuh dewasa agar mampu memaknai sebuah cerita dari isi pokok maksud si penulis menyalurkan pesan moralnya
P80015178S | 813 | SIRKULASI FIB | Tersedia |
P80015178S2 | 813 UTA s | SIRKULASI FIB (800) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain