Text
Filsafat Bahasa: Semiotika dan Hermeneutika
BAB I. Pengertian Filsafat Bahasa
Filsafat bahasa sebagai salah satu cabang filsafat memang mulai dikenal dan berkembang pada abad XX ketika para filsuf mulai sadar bahwa terdapat banyak masalah-masalah dan konsep-konsep filsafat baru dijelaskan melalui analisis bahasa , karena bahasa merupakan sarana yang vital dalam filsafat ( davis, 1976). Berdasarkan pengamatan terhadap perkembangan sejarah filsafat bahasa maka dapat dikelompokkan menjadi dua macam:
* Perhatian filsuf terhadap bahasa dalm memecahkan dan menjelaskan problema-problema dan konsep-konsep dalam filsafat.
* Bahasa sebagai objek material filsafat, sehingga filsafat bahasa membahas hakikat bahasa itu sendiri.
Kedudukan bahasa dalam filsafat
Bahasa pada hakikatnya merupakan suatu system symbol yang tidak hanya merupakan urutan bunyi-bunyi secara empiris, melainkan memiliki makna yang sifatnya nonempiris. Dengan demikian bahasa adalah merupakan system symbol yang memiliki makna, merupakan alat komunikasi manusia, penuangan emosi manusia. Beberapa fungsi bahasa dalam berbagai cabang filsafat:
* Fungsi bahasa dalam metafisika
Metafisika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas tentang hakikat realitas, kualitas, kesempurnaan, yang ada yang secara keseluruhan bersangkutan dengan sebab-sebab terdalam, prinsip konstitutif dan tertinggi dari segala sesuatu.
* Fungsi bahasa dalam epistimologi
Epistimologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan manusia yang meliputi sumber-sumber, watak dan kebenaran pengetahuan manusia.
* Bahasa sebagai sarana dalam logika
Bahasa selain memiliki fungsi komunikatif, juga memiliki fungsi kognitif dan emotif.
Luas kajian filsafat Bahasa
Dalam hal-hal kajian dan prinsip-prinsip filsafat, filsafat bahasa dalam perkembangannya tidak mempunyai prinsip-prinsip yang jelas dan terdefenisikan dengan baik ( Alston, 1964). Hal ini disebabkan karena penganut-penganut filsafat bahasa atau tokoh-tokoh filsafat bahasa masing-masing mempunyai perhatian dan caranya sendiri dalam mendefenisikan dan menerapkan prinsip-prinsip. Tapi perlu diketahui bahwa berbagai perbedaan tentang perhatian filsuf terhadap bahasa, yang pasti terdapat hubungan yang sangat erat antara filsafat dengan bahasa karena bahasa merupakan alat dasar dan utama dalam filsafat (liang gie, 1977:122). Maka dari itu pembahasan filsafat bahasa meliputi masalah-masalah:
* Conceptual analysis atau analisis konsep-konsep
* Pembahasan tentang bahasa dalam hubungannya dengan penggunaan bagi tindakan manusia
* Keterkaitan erat dengan linguistic yaitu bidang semantic
* Hakikat bahasa sebagai objek material filsafat
BAB II
Kajian Filsafat Tentang Bahasa
Zaman yunani
* Masa pra-sokrates
Bagi bangsa yunani sebelum para filsuf hadir dengan kemampuan refleksinya, bahasa merupakan media pengungkapan daya magis dalam komunikasinya dengan para dewa dan kekuatan super natural lainnya. Pada masa ini manusia dibawa dalam kegonjangan jiwa yang merasakan adanya krisis intelektual. Secara struktural fisis bahasa tanpa energy, akan tetapi secara logis semantic bahasa dapat diangkat ketingkat yang lebih tinggi dalam mengungkap rahasia alam dan segala sesuatu. Pada masa pra-sokrates inilah pemikiran filsafat yunani awal bergeser dari filsafat alam kepada filsafat bahasa ( caasier.1987:170).
* Sokrates
Sokrates dengan metode dialektis-kritis berusaha untuk meluruskan beberapa kesalahan yang dilakukan oleh kaum sofis, proses dialektis-kritis mengandung pengertian dialog antara dua pendirian yang bertentangan atau merupakan perkembangan pemikiran dengan memakai pertemuan ( interplay) antar ide (titus, 1984:17). Dalam penerapan metode dialektis-kritis, sokrates dalam menerima suatu pengertian. Menurutnya perlu dilakukan pengujian-pengujian untuk membuktikan benar atau salahnya. Dalam hal ini dalam mendefenisikan sesuatu sokrates harus bertanya kepada ahli dalam bidangnya.
* Plato
Plato adalah seorang filsuf dari Athena yang menuangkan karya-karya filosofisnya diwujudkan dalam bentuk dialog. Hubungan antara symbol dengan objeknya haruslah natural tidak semata-mata konvensional. Dalam menerapkan doktrin-doktrinnya yang disebut dengan onomatopoeia (cassier, 1987:171). Filsafat plato inilah yang mampu menjembatani jurang antara nama-nama dengan benda-benda.
* Aristoteles
Aristoteles adalah seorang filsuf yang jenius dari Stagira yang memiliki karya yang cukup banyak. Salah satunya adalah teori aristoteles disebut dengan pemikiran filosofis hilemorfisme yang artinya terdapat sesuatu yang tetap akan tetapi tidal dalam suatu dunia ideal melainkan dalam benda-benda jasmani sendiri.
* Mazhab Stoa
Didirikan oleh zeno dari kriton sekitar menjelang abad keempat SM. Kaum stoa mendeskripsikan tentang hakikat bahasa terutama tentang makna dengan membedakan tiga aspek : (1) tanda atau symbol, sign yang disebut semainon (2) semainon atau lekton (3) hal-hal eksternal yang disebut benda atau situasi yang diistilahkan dengan pragma.
Zaman Romawi
* Pemikiran varro tentang hakikat bahasa
Pemikiran varro dibagi dalam beberapa bidang diantaranya adalah: (1) etimologi, dimana varro mencatat perubahan bunyi dari zaman ke zaman dan perubahan makna dari sebuah kata, walupun beberapa contohnya kurang tepat. (2) kata, adalah bagian ucapan yang tidak dapat dipisahkan lagi dan merupakan bentuk minimum. (3) konsep morfologi, menunjukkan orisinalitas dalamm pembagian kelas kata. (4) kasus dan deklinasi, varro membedakan bentuk-bentuk derivasi dan infleksi.
* Konsep priscia
Dalm konsep ini pemikiran tentang hakikat bahasa lama kelamaan menjadi semakin sempurna dan berkembang kearah studi ketatabahasaan.
Zaman Abad Pertengahan
Dalam zaman abad pertengahan timbul berbagai macam pemikiran dimana zaman ini dimulai dengan berkembangnya pemikiran Thomas Aquinas. Salah satu ciri yang terkenal di zaman ini adalah analisis bahasa, untuk mencapai kebenaran dalam system pemikirannya, Thomas menggunakan analisis bahasa melalui penalaran logis dengan menggunakan prinsip deduksi yang dilakukan dengan melalui analisis premis. Kemudian selanjutnya adalah analogi dan metaphor. Pemikiran selanjutnya adalah mazhab modistae, konsep bahasa spekulativa.
Zaman Abad Modern
Zaman ini dimulai dengan seorang filsuf yang bernama rene Descartes, dialah yang membuka cakrawala abad modern biasa disebut juga dengan bapak filsafat modern. Metode yang dikembangkan rene Descartes adalah metode analitis yang dikenal dalam bukunya discourse de la method. Kemudian disusul dengan Thomas hobbes dengan aliran empirisme, john locke dengan pemikiran empirisme yang merupakan sintesis rasinalisme des cartes, George barkeley dengan imaterialisme, david hume dengan pemikiran empirisme yang paling konsekuen dan radikal, Immanuel kant dengan paham kritisisme.Terakhir adalah positivism august comte dengan povitivisme.
BAB III
Filsafat Analitika Bahasa
Filsafat analitika bahasa meliputi tiga aliran yang pokok yaitu:
* Atomisme logis (logical atomism)
Struktur pemikiran atomisme logis diilhami konsep Hume tentang susunan ide-ide dalam pengenalan manusia. Semua ide yang kompleks terdiri atas ide-ide yang sederhana atau ide yang atomis yang merupakan ide yang terkecil.
* Postivisme logis (logical positivism)/logical empirism
Proposisi yang berarti adalah proposisi yang dapat diteliti kebenarannya secara empiris atau proposisi yang merupakan analisis definisi dan hubungan antar kalimat.Proposisi yang dapat diteliti kebenarannya secara empiris adalah proposisi ttg sains, analisis definisi dan hubungan antar kalimat dianggap sebagai tugas khusus dari filsafat.
* Ordinary language philoshophy (filsafat bahasa biasa)
BAB IV
Semiotika
Semiotika adalah ilmu tanda yaitu metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda dalam pengertian ini bukanlah hanya sekedar harfiah melainkan lebih luas.tanda-tanda itu hanya mengemban arti bdalam hubungannya dengan pembacanya. Pembaca itulah yang menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakannya sesuai dengan konvensi dalam system bahasa yang bersangkutan
Ada dua tipe semiotika:
* Semiotika signifikansi yang menekankan tanda sebagai sebuah system dan struktur, meskipun tidak mengabaikan penggunaan tanda secara konkrit oleh individu-individu dalam konteks komunikasi sosial (dicirikan berdasarkan filsafat bahasa Saussure). Semiotika signifikansi pada prinsipnya adalah semiotika pada tingkat langue, yaitu menjelaskan “konsep” dan “makna”. Dapat disimpulkan bahwa semiotika signifikansi adalah semiotika yang mempelajari relasi elemen-elemen tanda di dalam sebuah system, berdasarkan aturan main dan konvensi tertentu (Fiske, 1990: 85).
* Semiotika komunikasi, yang menekankan pada produksi tanda sosial dan proses interpretasi yang tanpa akhir (semiosis), meskipun juga tidak mengabaikan system tanda (semiotika yang berdasarkan filsafat Peirce). Semiotika komunikasi pada prinsipnya adalah semiotika pada tingkat parole. Semiotika komunikasi sangat bertumpu pada “pekerja tanda”, yang memilih tanda dari bahan baku tanda-tanda yang ada, dan mengkombinasikannya, dalam rangka memproduksi sebuah ekspresi bahasa bermakna (Eco, 1979: 151).
Unsur-unsur Strukturalisme semiotika menurut Saussure:
* Signifier dan signified. Bahasa itu adalah suatu system tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (petanda). Penanda adalah ‘bunyi yang bermakna’ atau ‘coretan yang bermakna’. Jadi penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didenganr dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran dan konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa (Bertens, 2001: 180). Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi: signifier dan signified.
* Form dan content. Istilah form (bentuk) dan content (materi, isi), diistilahkan dengan expression dan content, satu berwujud bunyi dan yang lain berwujud idea.
* Langue dan parole. Langue adalah sebuah system. Parole adalah living speech, yaitu bahasa yang hidup atau bahasa sebagaimana terlihat dalam penggunaannya. Langue bersifat kolektif dan pemakaiannya tidak disadari oleh pengguna bahasa yang bersangkutan, maka parole lebih memperhatikan faktor pribadi pengguna bahasa.
* Synchronic dan diachronic. Studi sinkronis sebuah bahasa adalah deskripsi tentang “keadaan tertentu bahasa tersebut (pada suatu masa) (Lyons, 1995: 46). Linguistic sinkronis mempelajari bahasa tanpa mempersoalkan urutan waktu. Studi diakronis adalah deskripsi deskripsi tentang perkembangan sejaran (melalui waktu) atau dengan kata lain, linguistic diakronis ialah subdisiplin linguistic yang menyelidiki perkembangan suatu bahasa dari masa ke masa.
* Syntagmatic dan associative. Struktur bahasa tentang system pembedaan di antara tanda-tanda adalah mengenai syntagmatic dan associative (paradigmatic), atau sintagmatik dan paradigmatic. Hubungan-hubungan ini terdapat pada kata-kata sebagai rangkaian bunyi-bunyi maupun kata-kata sebagai konsep.
BAB V
Filsafat Bahasa dan Hermeneutika
Filsuf Jerman dan Perancis mengembangkan pemikiran filsafatnya dengan mendasarkan bahasa dalam proses “hermeneutika”. Pada dasarnya filsuf hermeneutika mendasarkan filsafatnya pada bahasa biasa. Tetapi filsuf hermeneutika menawarkan suatu cara lain untuk melihat hakikat bahasa, yaitu bahasa dilihat sebagai cara kita memahami kenyataan dan cara kenyataan tampil pada kita. Dalam pengertian ini maka fungsi esensial bahasa yaitu fungsi transformatifnya. Dalam hermeneutika bahasa tidak hanya dipandang sebagai struktur dan makna serta penggunaannya dalam kehidupan melainkan fungsi bahasa yang melukiskan seluruh realitas hidup manusia. Filsuf hermeneutika menyatakan bahwa secara hakiki bahasa adalah manifestasi totalitas pikiran manusia, sebab tidak ada cara lain untuk berpikir tentang hakikat kenyataan itu selain melalui bahasa yang merupakan ungkapan kebudayaan manusia (Rortry, 1982: xix).
BAB VI
Peranan Bahasa dalam Filsafat Postmodernisme
Postmodernisme berarti kritik-krtik filosofis atas gambaran dunia, epistemologi dan ideologi-ideologi modern. Dengan kata lain, istilah postmodernisme di bidang filsafat menunjuk pada segala bentuk refleksi kritik atas paradigma-paradigma modern dan metafisika pada umumnya.
P40018226S | 401 KAE f | SIRKULASI FIB | Sedang Dipinjam (Jatuh tempo pada2022-06-07) |
P40018226S2 | 401 KAE f C2 | SIRKULASI FIB (400) | Tersedia |
P40018226S3 | 401 KAE f C3 | SIRKULASI FIB (400) | Tersedia |
P40018226S4 | 401 KAE f C4 | SIRKULASI FIB (400) | Tersedia |
P40018226S5 | 401 KAE f C5 | SIRKULASI FIB (400) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain